Celoteh Ruli Rukmana Sakti - Gelang Egrah
Setelah sekian lama, akhirnya aku pulang kembali. Banyak hal yang berubah, mulai dari motivasi, kontruksi, maupun insan yang kutemui. Tak jarang, banyak manusia yang entah kenapa sengaja untuk pergi dan menghindar. Wajarlah, mana mau mereka menemui orang yang gila sepertiku.
"Cah kentir, cah edan". Ya, itulah aku.
Padahal, aku hanya ingin bertemu. Tak perlu bicara, cukup bersua. Cukup diriku melihatmu, meyakini kuasa Tuhan bahwa waktu itu benar berlalu. Karena tak kutahu apakah hal ini dapat terjadi kembali di tahun-tahun berikutnya. Jadi, tak lebih dari itu.
Tapi, gelangku berbeda. Gelang egrah berwarna emas berpendar cerah walau kau simpan di palung terdalam sekalipun. Di bagian tengahnya terdapat lingkaran bak sepasang mata yang senantiasa sejuk untuk dipandang.
Mau kau tempatkanku di tempat antah berantah sekalipun, tempat tersulit untuk menguji mental dan ketahanan hidupku, cukup beri aku kesempatan untuk melihat gelangku kembali. Maka akan kulewati semua tantanganmu.
Kali ini gelangku bukanlah gelangku. Memang suka berimajinasi diriku ini, namanya juga cah kentir. Saat ini, aku hanya bisa mengagumi gelang egrah yang menenangkan itu. Sudah cukup lama, selalu kukagumi dari hari ke hari. Tapi, hanya akan bisa kukagumi.
Memangnya tidak ada gelang lain kah yang lebih baik? Banyak. Tapi sungguh, dapat kupastikan gelang ini adalah puzzle yang kucari selama ini. Dia bisa memberikan banyak hal baik kepadaku. Pun dapat kupastikan aku adalah satu satunya orang yang bisa memaksimalkan keindahannya. Andai saja, aku dipercayakan oleh Sang Pengrajin (pembuat semua gelang di dunia ini) untuk merawatnya. Kupastikan setiap hari kan kurawat dan mungkin kalau diibaratkan manusia, kan kubuat setiap harinya tidak ada kata lain selain bahagia.
Tapi itu hanya sebuah angan. Sejauh ini gelang tersebut hanya bisa kuamati dan kukagumi. Beruntungnya dia yang diberi kepercayaan untuk menjaganya. Pun sungguh, aku hanya bisa mengagumi dan mengamati. Tidak lebih, tidak ingin merebut dari sesama pejuang yang sedang berusaha menaklukan dunia. Dan jika suatu saat nanti gelang ini bisa membaca dan iseng membaca tulisan ini. Sungguh, tidak ada niatan apapun. Aku hanya mengagumi dan senantiasa berdoa semoga bisa mendapat gelang sepertimu dari Sang Pengrajin. Syukur-syukur dapatin kamu. Namanya juga hidup siapa yang tahu?
Gelang ini sangat unik memang. Karena mau diajak bicarapun, gelang tetaplah gelang. Kadang ketika ada kesempatan, kuajak bicara, namun gelang tetaplah gelang. Dia diam, kalian para pembaca berharap apa? wkwk
Justru itu sisi baiknya. Jika suatu saat nanti, setelah mungkin hampir setengah dunia ini kujelajahi. Dan pantas oleh Sang Pengrajin untuk menjaga gelang egrah ini, gelang ini akan tetap diam jika ada yang mencoba untuk mengambilnya dari diriku.
Tapi, disatu sisi menarik juga si, jangan-jangan diam itu adalah tempaan pemiliknya saat ini? Kalau begitu, jangan deh. Aku ingin membuat dia bersinar, sangat menyusahkan jika harus bersinar namun terkurung dalam kotak kaca. Nanti kan kutempa dengan caraku sendiri. Gelangku akan bahagia, bebas berbicara dan berdiplomasi dengan siapapun, hidup tidak terkekang jalani apa yang dia mau dan kupastikan semua pejuang yang memandangmu hanya akan mengamati dan mengagumi. Tidak lebih.
Mana berani mereka merebutmu dariku, karena aku adalah orang yang sudah membabat 100 naga dan menjelajah setengah dari dunia ini. Semuanya akan bahagia.
Ah, sudah waktunya untuk sadar kembali. Besok harus berburu naga pertamaku. Semoga masih ada waktu untuk kembali ke sini dan membawa 100 naga itu. Serta semoga masih ada kesempatan bagiku untuk upgrade diri menjadi pejuang yang lebih baik, seenggaknya kalau nanti Sang Pengrajin mempercayakan dirimu kepadaku, aku sudah siap untuk membuat gelangku bahagia setiap hari.
Bismillah aja dulu nggak sih, sama seperti kunamai gelang egrah ini di buku harianku.
Tidak ada komentar: